Beranda | Artikel
Kedudukan as-Sunnah Dalam Islam
Selasa, 27 Mei 2014

xky3x2

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Allah ta’ala berfirman

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

(yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu adz-dzikr/al-Qur’an supaya kamu jelaskan kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka itu, dan mudah-mudahan mereka mau memikirkan.” (QS. An-Nahl : 44)

Allah ta’ala berfirman

وَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ

(yang artinya), “Dan Allah telah menurunkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah/as-Sunnah.” (QS. An-Nisaa’ : 113)

Allah ta’ala berfirman

وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ

(yang artinya), “Dan dia -rasul itu- mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah/as-Sunnah.” (QS. Ali ‘Imran : 164)

Allah ta’ala berfirman

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

(yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada rasul itu, maka sungguh dia telah taat kepada Allah.” (QS. An-Nisaa’ : 80)

Allah ta’ala berfirman

أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ

(yang artinya), “Taatilah Allah dan taatilah rasul itu.” (QS. Muhammad : 33)

Allah ta’ala berfirman

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

(yang artinya), “Dan tidaklah dia -Muhammad- berbicara dari hawa nafsunya, tidaklah itu melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm : 3-4)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata menjelaskan kandungan ayat ini, “Ini menunjukkan bahwasanya as-Sunnah adalah wahyu dari Allah yang diberikan kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam…” (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 818)

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Maka Sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu dari Allah ta’ala secara makna, akan tetapi lafalnya adalah dari Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam…” (lihat Syarh Bulugh al-Maram, 1/7)

Dari situlah, maka perhatian para ulama kita terhadap hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi sangat besar. Hal itu tidak lain karena as-Sunnah atau hadits yang memiliki peranan yang sangat urgen dalam mengimplementasikan nilai-nilai dan ajaran al-Qur’an. Karena as-Sunnah menjadi penjelas dan pelengkap keterangan yang ada di dalam ayat-ayat al-Qur’an.

Sehingga muncullah kitab-kitab ulama dalam bidang hadits, semacam Sahih Bukhari, Sahih Muslim, demikian pula yang banyak dikenal umat Islam yaitu kitab Riyadhush Shalihin karya Imam an-Nawawi dan Bulughul Maram karya Imam Ibnu Hajar, semoga Allah merahmati mereka semuanya. Diantara kitab hadits yang paling ringkas dan sangat bermanfaat bagi penimba ilmu adalah hadits Arba’in karya Imam an-Nawawi.

Di dalam kitab hadits Arba’in ini terkumpul hadits-hadits pokok dalam berbagai bidang ilmu agama. Oleh sebab itu para ulama juga menyarankan agar para penimba ilmu menekuni kitab ini dan berusaha untuk menghafalkannya, karena ia akan menjadi pondasi dan landasan untuk memahami ilmu-ilmu lainnya. Diantara ulama masa kini yang menganjurkan untuk mempelajari kitab arba’in ini terlebih dulu adalah Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafizhahullah sebagaimana beliau ungkapkan di dalam kitabnya Syarh Manzhumah Mimiyah.

Kemudian apabila kita cermati perhatian para ulama terhadap kitab Arba’in ini, kita akan menemukan banyak syarah/penjelasan yang diberikan oleh mereka. Diantaranya adalah kitab yang sudah sangat terkenal yaitu Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam karya Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah. Selain itu, ada juga Syarh Arba’in oleh Imam an-Nawawi sendiri. Kemudian syarah Arba’in oleh Imam Ibnu Daqieq al-‘Ied, syarah Arba’in oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, syarah Arba’in oleh Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad, syarah Arba’in oleh Syaikh Yahya al-Hajuri, dan lain-lain.

Diantara sekian banyak hadits dalam kitab Arba’in tersebut terdapat tiga buah hadits yang disebut oleh para ulama sebagai pokok-pokok agama, yaitu hadits tentang niat, hadits tentang bid’ah, dan hadits tentang perkara-perkara syubhat. Bahkan, di dalam kitab Arba’in ini juga terdapat sebuah hadits yang disebut sebagau induk as-Sunnah yaitu hadits tentang islam, iman, dan ihsan yang dikenal dengan istilah hadits Jibril.

Dari kandungan hadits Jibril ini saja, sebagian ulama telah menulis karya khusus untuk menjelaskan kandungan faidah-faidahnya seperti Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah dalam kitabnya Syarh Hadits Jibril, demikian pula Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad al-Badr hafizhahullah dalam kitab beliau Syarh Hadits Jibril.

Diantara sekian banyak hadits yang ada di dalam kitab Arba’in, Riyadhush Shalihin, Umdatul Ahkam, dan juga Sahih Bukhari, maka kita dapati bahwasanya hadits pertama kali yang dibawakan oleh para ulama itu adalah hadits ‘innamal a’malu bin niyaat’ yang hal ini menunjukkan kepada kita betapa agungnya kedudukan ikhlas dalam agama Islam; karena ia menjadi syarat utama diterimanya segala ucapan dan amal perbuatan.


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/kedudukan-as-sunnah-dalam-islam/